Halaman

Minggu, 24 Juni 2012

Life is full of compromises



Dunia orang dewasa itu sungguh dunia yg rumit. Aku ingat pernah berpikir seperti itu.

Kamu harus jujur, tapi harus memikirkan perasaan orang lain. Kamu harus terbuka, tapi harus tahu mana yang harus kamu simpan sendiri. Kamu harus berpegang teguh pada prinsipmu, tapi juga harus fleksibel. Kamu tidak boleh mengkotak-kotakkan orang lain seenaknya, tapi juga harus waspada dan tidak bergaul dengan sembarang orang. Kamu harus berani, tapi harus tahu kepada siapa dan kapan kamu harus menundukkan kepalamu demi orang lain yang kamu jaga perasaannya. Kamu harus mudah memaafkan kesalahan orang lain, tapi jangan mempercayai orang yang sudah menyakitimu beberapa kali. Kamu tidak boleh mendendam, tapi juga tidak boleh mudah melupakan.

Apa yang kurang rumit dari semua itu? Bahkan masih ada tambahan berbagai hal-hal yg "seharusnya" diketahui tanpa disebutkan secara jelas. Dan masih ada banyak list tanggung jawab atas nama kemandirian, kehidupan, keluarga, dll.

Kurasa, dari 10 orang, ada 9 orang yg pernah berpikir untuk bisa hidup bebas, lepas, dan tak terikat apapun. Entah ingin berkeliling dunia, entah ingin ber-backpack ria, entah tinggal sendiri dan mandiri, entah meninggalkan masa lalu, apapun itu, kebebasan yang nyata adalah tujuannya. Aku termasuk di antara 9 orang itu.

Tapi kini, semakin dewasa, hal-hal yang tadinya bisa dengan begitu mudah aku lepaskan dan aku hiraukan, mau tidak mau jadi hal-hal yang harus aku pahami. Ternyata aku bukan hanya aku. 'Aku' juga seorang anak, kakak, adik, saudara, teman, dll. 

Bukan aku tak mensyukuri cinta dan hidup ini, tapi pada satu titik tertentu, cinta itu memang mengikat langkahku. Dan hidup tanpa cinta adalah tak mungkin. 


~~~ 
Tiba-tiba aku teringat pertanyaan seseorang padaku dulu,
"Apakah hidup ini memang hanya bisa dijalankan dengan sebagaimana mestinya?"

Sumber : Hamdiy Hope

Tidak ada komentar: