Dunia orang dewasa itu sungguh dunia yg rumit. Aku ingat pernah berpikir seperti itu.
Kamu
harus jujur, tapi harus memikirkan perasaan orang lain. Kamu harus
terbuka, tapi harus tahu mana yang harus kamu simpan sendiri. Kamu harus
berpegang teguh pada prinsipmu, tapi juga harus fleksibel. Kamu tidak
boleh mengkotak-kotakkan orang lain seenaknya, tapi juga harus waspada
dan tidak bergaul dengan sembarang orang. Kamu harus berani, tapi harus
tahu kepada siapa dan kapan kamu harus menundukkan kepalamu demi orang
lain yang kamu jaga perasaannya. Kamu harus mudah memaafkan kesalahan
orang lain, tapi jangan mempercayai orang yang sudah menyakitimu
beberapa kali. Kamu tidak boleh mendendam, tapi juga tidak boleh mudah
melupakan.
Apa yang kurang rumit dari semua itu? Bahkan masih ada tambahan berbagai hal-hal yg "seharusnya"
diketahui tanpa disebutkan secara jelas. Dan masih ada banyak list
tanggung jawab atas nama kemandirian, kehidupan, keluarga, dll.
Kurasa,
dari 10 orang, ada 9 orang yg pernah berpikir untuk bisa hidup bebas,
lepas, dan tak terikat apapun. Entah ingin berkeliling dunia, entah
ingin ber-backpack ria, entah tinggal sendiri dan mandiri,
entah meninggalkan masa lalu, apapun itu, kebebasan yang nyata adalah
tujuannya. Aku termasuk di antara 9 orang itu.
Tapi kini,
semakin dewasa, hal-hal yang tadinya bisa dengan begitu mudah aku
lepaskan dan aku hiraukan, mau tidak mau jadi hal-hal yang harus aku
pahami. Ternyata aku bukan hanya aku. 'Aku' juga seorang anak, kakak,
adik, saudara, teman, dll.
Bukan aku tak mensyukuri cinta
dan hidup ini, tapi pada satu titik tertentu, cinta itu memang mengikat
langkahku. Dan hidup tanpa cinta adalah tak mungkin.
~~~
Tiba-tiba aku teringat pertanyaan seseorang padaku dulu,
"Apakah hidup ini memang hanya bisa dijalankan dengan sebagaimana mestinya?"
Sumber : Hamdiy Hope
Tidak ada komentar:
Posting Komentar